bukankah sejenak itu cukup
untuk kita saling melepas penat
ketika dalam cakap
kita terlampau larut diantara debat
tak berkesudahan, pun wajah-wajah melaknat
pada benci di ujung rimba yang menggugat
bukankah sejenak itu pas
untuk kita sesaat lepas
sedikit melupa tentang rasa
ketika cinta terkalahkan ego
kita mengagungkan emosi bodoh
terkukuhlah kehancuran, pun sendu sedan luka lirih berkumandang
tapi hati kita terlanjur bertopeng kemunafikan
kawan…sejenak kita redam
suara-suara mengatasnamakan cinta sudah padam
janji-janji terpatri tentang maghligai kasih pun kian suram
dan serpihan-serpihan batu mimpi pun kandas mendalam
kita tak lagi sepikiran,
apalagi sejalan?
kita tak lagi sehati,
mana mungkin saling mengerti?
kita tak lagi semimpi
tiada pasti kita kan berbagi!
kita tak lagi searah,
tak akan bisa kita selangkah!
duhai lelaki….kita butuh sejenak
cukup sejenak
ingat SEJENAK!!
tak lebih, tak kurang
meski kita tak tahu, seberapa lama sejenak itu hinggap
dan kita tak kan pernah tahu, kapankah sejenak itu berlalu
tak ada salahnya diantara kita sementara,
baiknya kita saling melupa
tanpa mematri luka
diatas tumpukan janji tentang cinta
baiknya kita menyendiri
tanpa menyulam mimpi
pada hamparan kasih membentang pelangi
baiknya kita memaafkan
tanpa dendam berdiri tegak pada dinding keangkuhan
diantara kesunyian malam, sudah selayaknya kita berpasrah dihadapanNYA
“kita” adalah aku dan kamu
Salam Larassati!!
Diantara Rintikan Air Hujan pada Tepian Kota Mimpi, 041009//16.00′
This post was submitted by menalarasati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar