Jumat, 23 Oktober 2009

Pertanian Nyawa sang Penggawa

Lelaki tua itu
Berjalan gontai di pagi Buta
Semilir angin bertiup
mengibakkan helai bajunya

Cangkul tertengger dipunggungnya
dan kotak makan alakadar di tangannya
Hendak kemana lelaki tua itu?
tidakkah dia seorang diri???

Langkahnya semakin jauh
menelusuri pematang sawah yang membentang
seketika Ia duduk untuk meneguk kopi yang di bawanya

lalu, cangkul itu Ia ayunkan
hingga mentari pagi menyongsong kepermukaan
terkadang tangan itu menyeka keringatnya
hingga matahari tepat di ubun-ubun

setiap hari Ia lakoni dengan keriangan
harap cemas akan hasil panen
Makin merunduk padi itu
gembiralah Ia

Tak pernah Ia rendah karenanya
di dadanya,,dihatiya
tergores kebanggaan akan pertanian
Hidupnya telah berpadu
menuju Indonesia Cemerlang

Tanpanya,Indonesia ini kelaparan
bersamanya,wujudkan kembali Indonesia
dengan butir padi menguning
menukar menjemput zaman keemasan

This post was submitted by Zhakiyah Rasyiedh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar